Source : pixabay.com |
Kemarin malam aku mulai baca-baca lagi artikel lama di blog ini. Niatnya sih biar dapat ide konten yang bisa aku tulis. Sempat tertawa dalam hati sih saat baca-baca artikel lama itu, terutama saat baca komentar-komentar yang masuk.
Beberapa tulisan memang terlihat jahat sekali terutama bagi yang masih single bin jomblo. Seakan-akan aku sedang membully mereka melalui tulisan.
Sisi lain, aku juga melihat ada beberapa artikel yang aku buat memang terlihat sangat menarik, terutama tentang cinta dan jodoh. Seakan-akan aku terlihat seperti orang yang sudah banyak makan garam dan asinan dalam hal ini.
Namun pada kenyataannya, aku tuh awam banget perihal perasaan dan cinta.
Aku tuh kayak Naruto, agak bodoh meskipun terkadang sisi jeniusnya keluar diwaktu yang mendesak. Suka bercanda meskipun aku sering merasa kesepian (ini dulu loh). Dan paling penting, aku tuh tidak memiliki pengalaman pacaran sama sekali.
Jadi rasanya aneh sekali saat baca-baca artikelku sebelumnya terutama tentang artikel cinta-cintaan gitu. Entah ide tulisan itu keluar dari mana, sepertinya aku kerasukan panglima tiangfeng saat menulis artikel tersebut.
Namun setelah difikir-fikir kembali, memang beberapa kejadian dalam hidup kita bisa jadi sebuah pembelajaran hidup yang sangat berharga. Bahkan pembelajaran hidup bisa kita petik dari kisah hidup orang lain juga. Dan yang paling banyak, aku mempelajari itu saat sudah menikah.
Memang benar kata orang bahwa menikah itu bukan akhir dari perjalanan panjang, namun di sinilah permulaan dari perjalanan hidup yang sebenarnya.
Di sinilah kita mulai belajar bagaimana untuk tidak mementingkan sisi egois dari diri kita. Belajar memahami perasaan orang lain dari berbagai sudut pandang, serta belajar membuka kepekaan diri untuk kebahagiaan bersama.
Awalnya aku juga termasuk manusia yang sangat kekanak-kanakan, tidak bertanggung jawab dan sering mengabaikan perasaan orang. Namun sedikit demi sedikit aku mulai berkembang.
Aku belajar banyak dari permasalahan hidup saat berumah tangga. Tentu istri adalah orang terpenting dalam perubahan karakter dalam diriku.
Seperti yang bisa diketahui bagi orang yang tidak pernah pacaran, kepekaan terhadap orang sekitar adalah problem terbesar dalam hidup berumah tangga. Aku sering membuat istri kecewa dan menangis saat awal pernikahan.
Hingga akhirnya aku sedikit demi sedikit bisa memahami apa yang harus aku lakukan agar bisa menjadikan keluarga kecilku jadi tentram. Dan itupun berasal dari hal-hal yang sangat sederhana. Yakni menjadi suami romantis.
Dulu aku kira biar terlihat sebagai pria romantis, seorang pria harus bisa membuat baper perasaan wanitanya. Hal ini bisa dilakukan dengan kata-kata indah maupun rayuan yang menggoda. Memiliki ketrampilan musik juga bisa buat modal jadi pria romantis.
Pernah loh aku menghapalkan beberapa kata romantis biar bisa menggoda plus merayu istri (waktu itu masih tunangan) biar merasa nyaman dan senang. Namun hal tersebut mungkin akan berhasil jika sebelum menikah. Saat sesudah menikah, hal seperti itu tidak selalu bekerja.
Seperti kata-kata salah satu teman dalam status WhatsApp-nya “Tidak harus jadi romantis, cukuplah dengan sebuah pengertian”.
Hingga akhirnya aku sedikit memahami bahwa tak harus jadi pria romantis bin melankolis biar hubungan keluarga bisa tetap nyaman dan menyenangkan. Namun tindakan dengan penuh pengertian bisa sangat ampuh dalam membangun keluarga yang tentram.
Ada beberapa hal kecil yang aku pelajari saat sesudah berumah tangga yang sepertinya cukup romantis bagi pasangan. Dan beberapa hal tersebut bisa sangat efektif dalam memupuk rasa kasih sayang pasangan. Yah setidaknya begitulah yang aku rasakan.
Nah di bawah ini aku ingin tulisankan beberapa kisah menarik yang aku pelajari selama berumah tangga yang bisa menjadikan kita menjadi suami yang romantis.
#1. Sabar Dalam Menghadapi Percekcokan Rumah Tangga
Source : pixabay.com |
Percekcokan dalam hubungan berumah tangga adalah hal yang lumrah. Bahkan semua pasangan pasti akan mengalaminya. Apalagi bagi yang baru nikah.
Aku rasa percekcokan dalam hubungan suami istri itu memang harus ada, karena kita tidak akan tau kekurangan masing-masing jika belum ada percekcokan. Percekcokan itu semacam batu lompatan biar bisa berbahagia bersama.
Yah setidaknya begitulah yang aku rasakan. Disetiap selesai percekcokan akan sesuatu hal dengan istri, perasaan sayang istri dan perasaan sayangku juga makin tumbuh.
Maka dari itu “sabar” adalah hal terpenting yang harus suami miliki agar bisa bertahan dalam kondisi seperti ini. Kenapa?
Hal yang harus kalian pahami tentang wanita adalah wanita itu tidak pernah salah. Dan jika sebenarnya wanita memang yang salah, maka kita sebagai laki-laki adalah penyebabnya. Begitulah kata bijak dari mario teguh, maka sebab itu sabar adalah obat termujarab dalam menghadapi wanita.
Dulu sewaktu pernikahan seumur jagung, aku sering beradu mulut dengan istri. Cekcok dengan hal yang remeh, bahkan cekcok dengan hal yang aku juga tidak mengerti penyebabnya.
Karena keegoisan masih sangat kental dalam diriku, akhirnya istri sering menangis dan kecewa atas sikapku.
Namun dalam 10 tahun pernikahan, aku mulai banyak belajar bahwa wanita itu tidak harus diberi pengertian terutama dalam keadaan marah dan kecewa. Mereka sebenarnya cuma butuh pendengar yang setia untuk masalah unek-unek di dada dan orang yang bisa mengerti dia.
Nah maka dari itu, sabar adalah keterampilan yang terlihat sepele namun sangat penting dimiliki oleh seorang suami. Terutama dalam menghadapi kondisi percekcokan dalam rumah tangga.
#2. Jujur Dalam Hal Yang Sangat Beresiko Dalam Hubungan Rumah Tangga
Source : pixabay.com |
Sebenarnya ini cukup beresiko, namun jika berhasil, hal ini bisa memperkuat tingkat pemahaman istri tentang kesetiaan kita terhadapnya.
Dalam hal ini bisa terjadi pada kejujuran kita perihal keuangan. Tau sendirikan bahwa perekonomian keluarga juga merupakan salah satu yang bisa merusak hubungan berumah tangga.
Jadi, jika ada pria yang menawarkan cinta doang untuk menikah, jangan terima. Karena hidup tidak hanya makan cinta, wkwkwkw.
Aku tuh orangnya jarang punya keinginan yang muluk-muluk, jadi jarang punya keinginan membeli sesuatu yang butuh dana besar. Maka sejak awal memang aku sangat transparan tentang keuangan. Toh istri juga tau itu, karena kita pernah satu perusahaan yang sama. Cieee cinlok..
Jadi di setiap gajian, aku akan memberikan semuanya pada istri dan meminta jatah kebutuhan harian selama sebulan. Jika dana kurang, aku tinggal minta lagi atau mencari sendiri dengan pekerjaan sampinganku.
Nah di masa pandemi seperti ini, aku yang tidak bekerja adalah problem terbesar. Soalnya pemenuhan kebutuhan harian juga pasti akan tersendat karena kurangnya pemasukan harian.
Namun karena pada awalnya kita sudah transparan, jadi istri cukup mengerti dalam hal ini dan memikirkan solusinya bersama-sama. Di situlah aku menyadari bahwa pengertian adalah hal teromantis dari pada sebuah kata-kata indah.
Pernah juga aku jujur pada istri akan perasaanku yang khilaf kepada wanita lain. Bukan perasaan suka maupun cinta, namun hanya sekedar rasa tertarik saja.
Dan tau tidak jawabannya “Mas mau poligami ta?” begitu kata istri. Aku hanya tertawa akan hal tersebut, karena sejujurnya aku paling tidak suka dengan poligami. Karena aku juga merasa tidak ada keadilan di dalamnya terutama untuk wanitanya.
Entah kenapa dia merasa yakin bahwa aku tidak akan pernah melakukan hal tersebut, dan aku juga ingin berjuang untuk memenuhi keyakinan istri itu.
#3. Perhatian Berarti Peka Dengan Keadaan
Source : pixabay.com |
Tau tidak apa yang paling membuat istriku cemburu? Hal itu adalah perhatian.
Dia sangat cemburu saat aku sedang asik dengan smartphoneku, dia cemburu saat aku lebih mementingkan temanku dari pada dia, dia cemburu ketika aku lebih mementingkan tidur karena lelah padahal dia ingin membicarakan unek-uneknya.
Yah begitulah, dia sangat cemburu jika perhatian yang seharusnya dia inginkan waktu itu juga, namun tidak tersampaikan. Sederhana, namun untuk mengetahui hal tersebut butuh kepekaan dalam diri suami.
Yah setidaknya di usia 10 tahun pernikahan kita, aku masih sering membuatnya kecewa. Terutama hal perhatian ini. Namun aku juga masih terus belajar agar bisa terus peka dalam memberi perhatian kepada istri bahkan untuk hal kecil.
Seperti perhatian yang teralihkan karena smartphone, maka aku akan memainkan smartphone jika berada di luar. Misalnya saat kerja sampingan maupun saat di rumah namun istri sedang keluar.
Begitupun saat bertemu dengan teman di luar, aku akan berusaha memberikan perhatianku melalui smartphone. Entah melalui chat ataupun telpon untuk sekedar say hello.
Dan untuk tidurpun, aku sekarang meminta izin terlebih dahulu kepada istri. Jika memang istri tidak mengizinkan, tentu dia punya alasan yang kuat untuk menahanku tidak tidur.
Karena memahami keinginan wanita itu tidak mudah, maka kita perlu yang namanya bicara dari hati ke hati dengan cara bersuara.
Yah begitulah ruwetnya berumah tangga. Tidak harus selalu romantis sih apalagi harus melankolis. Cukuplah dengan pengertian bahwa kita ingin belajar memahami istri dengan hati yang tulus agar bisa bahagia namun bersama-sama.
#Menuju Bahagia dan Melampauinya