![]() |
Source : niagahoster.co.id |
Di artikel sebelumnya, aku sudah ceritakan alasan yang membuatku memindahkan blog ini yang semula di wordpress ke blogger. Alasannya tak lain karena inkonsistensiku dalam menulis serta beratnya biaya sewa hosting yang semakin tahun semakin meninggi.
Sebelum memutuskan pindah, tentu aku sudah cari banyak informasi tentang bagaimana cara memindahkan blog dari wordpress ke blogger. Dari yang aku baca, setidaknya tutorialnya tidak begitu sulit. Namun setelah dicoba, hasilnya tak sesuai dengan harapan di awal.
Jika dibandingkan saat migrasi dari blog wordpress ke wordpress self hosted, proses migrasi ke blogger ternyata lebih rumit lagi prosesnya. Banyak masalah yang terjadi saat pertama kali pindah platform. Di antaranya :
#1. Proses Upload File XML Maximal 7 Kali Saja
Hal pertama yang kita lakukan saat pindah blog adalah dengan import file blog lama lalu di eksport ke blog yang baru. Kasusnya sama seperti saat migrasi ke wordpress self hosted, yakni file import terlalu besar.
Jika saat migrasi dulu file xml nya hanya 21 Mb, kini saat pindah ke blogger filenya dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Aku coba export satu file (42 Mb) tersebut di blog blogger yang baru. Dan bisa ditebak, filenya tidak bisa di upload.
Di panduannya memang menyarankan untuk membagi file xml menjadi beberapa bagian dengan converter wordpress to blogger secara online di situs https://wordpress-to-blogger-converter.appspot.com/. Namun jika file terlalu besar, sebaiknya download aplikasi WXRsplit.exe.

Di panduan yang aku baca mengatakan bahwa limit upload di blogger itu cuma 1 Mb saja. Jadi waktu pertama kali, aku nurut saja dan membagi file export menjadi 42 bagian dengan kapasitas 1 Mb per file.
Namun saat proses upload, ternyata limit upload di blogger maksimal 7 kali upload per hari. Jadi tidak mungkin dong, aku harus nunggu seminggu untuk upload semua file yang ada.
Hingga akhirnya aku punya ide untuk trial maksimal kapasitas upload di blogger. Esok harinya, percobaan pertama aku mencoba dengan upload 1 file sebesar 2 Mb, hasilnya terupload dengan baik.
Aku ulangi beberapa kali dengan kapasitas file yang berbeda (semakin meningkat), hingga akhirnya pada jatuh pada pilihan file sebesar 6 Mb. Dengan file xml (asli) seebesar 42Mb, jadi aku bagi menjadi 7 file dengan kapasitas 6Mb.
Dan alhamdulillah, esok harinya aku coba upload dengan kapasitas file 6Mb tersebut, hasilnya terupload dengan sukses. Sukses tidaknya upload file xml per bagian bisa dilihat dari artikel yang terlihat di menu Post.
#2. Tata Letak Penulisan Yang Semerawut
Setelah terupload dengan sukses, aku cek kembali artikel yang terupload dengan artikel yang sudah publish di blog lamaku. Jumlahnya selisih sedikit (5 artikel menghilang), namun masih dalam tahap wajar.
Saat upload, aku tidak centang opsi langsung publish. Tujuannya biar aku bisa merubah dan memperbaiki kesalahan typo maupun hal lainnya. Kagetnya, ternyata tata letak penulisan artikelnya semerawut banget.
Akhirnya aku edit satu per satu terlebih dahulu dengan menyesuaikan tata letak blogger dan tamplate blogger yang sudah aku beli sebelumnya. Rencananya aku siapkan terlebih dahulu dengan dijadikan draf lalu aku publish saat sudah resmi pindah.
Namun ternyata mencari file draf yang sudah diperbaiki dan yang belum itu rumit banget. Tidak bisa diurutkan tanggal modifikasinya. Terlebih aku juga kesulitan memperbaiki internal link yang sudah ada dikarenakan tata format url artikel berbeda.
Jika saat di wordpress dulu menggunakan format: tahun/bulan/tanggal/ lalu nama url, di blogger tidak demikian. Blogger hanya menyediakan format tahun/bulan/ lalu nama url. Tidak ada fasilitas redirect site seperti di wordpress dulu yang memungkinkan merubah url semua konten dengan sekali format.
Redirect url di blogger bisa dilakukan secara manual, namun merubahnya harus satu per satu. Untuk melakukan hal tersebut, berarti aku harus merubah status artikel dari draf menjadi publish biar bisa mengetahui url artikel yang baru.
#3. Image Blog Lama Tidak Terupload di Blogger
Tidak hanya tata letak penulisannya saja yang semerawut, namun image dari artikelnya juga tidak terupload semua. Hanya sebuah placement link yang mengarah ke media penyimpanan hosting. Jadi jika hosting sudah di hapus, maka otomatis image di artikel juga terhapus juga.
Untungnya aku selalu mengarsipkan semua file baik image maupun tulisan artikel (berupa doc) di komputer. Jadi aku tidak bingung nyari image yang tepat untuk artikel sebelumnya.
#4. Drama Blog Baru Dibanned Oleh Google

Seperti yang aku jelaskan di atas, bahwa aku harus merubah status draf artikel menjadi publish agar bisa melihat url artikel yang baru. Waktu itu, blog lamaku masih tinggal sebulan lagi masa aktifnya dan belum aku batalkan hostingnya sembari menunggu persiapan di blogger selesai.
Jadi aku berencana publish semua artikel yang sudah aku edit, dan merubah pengaturan di blogger agar mesin pencari tidak crawl blog baru untuk sementara waktu. Tujuannya sih biar tidak terdeteksi duplikat konten dengan blog yang lama.
Dan ternyata aku salah perhitungan.
Setelah 20 hari publish artikel lebih dari 50, justru google memberi peringatan bahwa ada pelanggaran kode etik di blog baruku. Bisa ditebak, blog baruku di banned/locked. Jerih payah selama 20 hari jadi sia-sia.
Pada akhirnya aku membuat blog baru lagi di blogger sekaligus aku mapping dengan domain lama. Kemudian mengulang prosesnya publish artikel satu-persatu dari awal.
Namun kali ini tidak aku urutkan seperti sebelumnya, namun aku dahulukan artikel yang punya traffik tinggi terlebih dahulu, biar blog baru ini masih tetap punya pengunjung meskipun baru berisi 3 artikel sekalipun.
Caranya yah dengan update redirect url di blogger yang memungkinkan url artikel lama (yang sudah terdeteksi oleh google) direplace dengan url yang baru.
#5. Sudah 3 Bulan Mengudara, Namun Hanya 100 Artikel Yang Publish Dari 300 Artikel Yang Ada
Ternyata tinggal publish saja tetap membutuhkan waktu yang lama, apalagi aku berencana merubah dan mengedit kata-kata dari artikel yang ada, menjadi lebih enak di baca. Selain kurangnya waktu luang untuk editing, inkonsistensi menulis juga jadi penghalang terbesarku dalam publish artikel.
Sudah 3 bulan mengudara, aku hanya bisa publish 140 artikel dari 400 artikel yang ada. Miris banget yak.

#6. Tetap Sabar Publish Artikel Lama, Sesekali Menambahkan Artikel Baru
Yah apa boleh buat, setidaknya target awalku adalah mengembalikan semua artikel yang pernah publish di blog lama ke blog yang baru dalam kurun waktu satu tahun. Yang aku bisa hanya bersabar editing dan publish satu-per satu disela-sela kesibukan kantor.
Syukur-syukur bisa publish satu hingga tiga artikel baru dalam kurun satu bulan. Seperti artikel kali ini, artikel baru pertama di bulan Juni sembari menuntaskan tugas publish artikel lama.
#Menuju Bahagia dan Melampauinya