![]() |
Source : unsplash.com |
Kalau menurutku, menikah itu wajib. Karena menikah itu penyempurna amal ibadah kita, khususnya yang beragama Islam.
Menikah juga salah satu cara untuk mendapatkan keturunan. Tak mungkin kan tanpa nikah, kita bisa mendapat penerus yang sah menurut negara dan sedarah dengan kita.
Bukan dengan nikah aja bang, yang bisa bikin anak? Yang belum nikah aja bisa bikin anak! :-P
Ya terserah lah. Bagiku, menikah dulu baru punya anak.
Jika punya anak dulu, yakin si dia mau tanggung jawab? Yakin hubungan seperti menikah karena terpaksa harus bertanggung jawab, bisa melanggengkan hubungan pernikahan.
Dengan menikah, kita juga mendapat tempat yang pas dan halal untuk memenuhi kebutuhan birahi kita.
Yang belum nikah juga bisa bang?
Yeah, aku juga tau kalau itu. Semua orang juga bisa memuaskan hasrat dalam dirinya walau tanpa ada ikatan pernikahan, bisa dengan uang, by self atau dengan gratisan.
Dengan uang, orang bisa menyewa pelayan kenyamanan birahi. Tidak perlu ikatan seperti nikah yang harus menafkahi seumur hidup.
Tapi yakin kalian akan tetap sehat dengan melakukan hal semacam itu. Dengan melakukan dengan gonta-ganti pasangan yang tak pernah tau apakah mereka juga merupakan pasangan yang sehat.
By self, apa enaknya memuaskan hasrat dengan sendirinya, iya kalau makan es cream, enaknya dimakan sendiri.
Terakhir, gratisan?
Pasti pada bertanya-tanya apa yang gratisan? Ya tubuhnya yang digratisin.:-P
Seorang PSK aja memasang tarif untuk harga dirinya. Nih ada yang mematok harga serendah-rendahnya dengan harga gratis.
Abang cukup bayar dengan cinta? Semahal itukah cinta itu. Terus setelah bayar dengan cinta, boleh lepas tanggung jawab gitu?
Udahlah, enakan nikah deh.
Dengan menikah, realita kehidupan bisa dipikul bersama. Mempunyai anak yang bisa jadi pengalih perhatian dalam menghadapi penat rutinitas keseharian. Dan juga tempat nyaman di rumah dalam melepaskan hasrat kapanpun kita mau.
Jadi, setuju kan! Lebih enak nikah dari pada oral dengan sendirinya?
Terus, Kalian kapan nikah?
Kalau tidak tahun depan, ya depannya lagi bang, wkwkwk 😂
Nunggu jodoh Bang?
Ok, perkara nikah, itu terserah kapan diizinkan ama waktunya. Kalau sudah waktunya nikah, ya pasti nikah.
Sebelum pernikahan itu terjadi, ada hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan sebelum memutuskan untuk menikah. Tujuannya hanya untuk sebuah kemudahan dan kebahagiaan dalam mengarungi samudera rumah tangga.
#1. Meluruskan Niat Yang Baik

Sebelum memutuskan menikah, sebaiknya kita meluruskan niat terlebih dahulu. Selayaknya ibadah-ibadah lainnya yang selalu diawali dengan niat.
Menikah juga sama, perlu niat yang baik untuk menjadikan pernikahan lebih berkah dan langgeng.
Apa alasan kamu menikah?
Karena cinta?
Ya, kebanyakan orang ingin memutuskan menikah, pasti berlandaskan rasa cinta antara kedua insan.
Tapi, apa cukup dengan cinta saja?
Jika kamu menikah berlandaskan rasa cinta saja, sepertinya itu juga tidak akan cukup untuk membuat bahagia.
Terutama bagi seorang laki-laki. Untuk bisa membuat wanita bahagia dengan menikahinya, tak cukup hanya dengan cinta saja. Tapi harus mampu secara fisik untuk menghidupinya.
Apa yang membuat kamu merasa dia layak menikah denganmu?
Karena fisik yang menarik.
Pastinya, berbicara cinta, pasti membicarakan perasaan, emosi dan nafsu. Perihal cinta juga berawal dari ketertarikan wajah yang menarik.
Berniat untuk menikahi lantaran pasangan berwajah menarik saja, itu juga tidak cukup.
Walaupun, hal tersebut juga ada benarnya. Manusia pasti ingin berharap mempunyai keturunan yang baik secara fisik. Jadi salah satu cara untuk itu, ya dengan menikahi induk yang baik secara fisik.
Tapi, kalau hanya berlandaskan itu saja, hanya karena pasangan yang begitu menarik, itu juga akan jadi masalah setelahnya. Karena suatu saat, ketika wajah mulai menua atau wajah sudah tak menarik lagi karena suatu keadaan.
Ketika hal itu terjadi, apakah hubungan suami istri akan baik-baik saja. Kalau diawal pernikahan, hanya sebuah kecantikan dan ketampanan yang melandasi hubungan pernikahan keduanya.
Bisa jadi, ketika ada yang lebih cantik atau lebih tampan, hubungan keduanya goyah dengan perselingkuhan.
Jika kita seorang muslim, niatkan menikah itu untuk ibadah.
Tanpa diniatkanpun, nikah itu sebuah ibadah yang dianjurkan Rasulullah.
Ketika kita menganggap nikah itu ibadah, insyaAllah kita akan diberi jalan yang baik untuk menghadapi lika-liku kehidupan berumah tangga.
Menikah juga bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang baik. Tak masalah kita menargetkan kualitas fisik dari pasangan, berharap diberi keturunan yang mempunyai fisik yang baik dengan garis keturunan yang baik.
Menikah juga bertujuan untuk menjaga nafsu birahi seseorang. Ketika sudah menikah, ada wadah yang tepat untuk menaruh nafsu tersebut
Jadi, niatkan pula untuk bahagia bersama. Ketika tujuannya adalah untuk merasa bahagia bersama, seberapa buruk keadaannya, seberapa sulit kehidupan yang dijalaninya, ada rasa yang harus dirasakan bersama. Suka maupun duka, pasti bisa dilalui bersama menuju bahagia bersama.
#2. Mengenal Keluarga Pasangan
![]() |
Source : pinterest.com |
Cinta itu, tidak melulu dunia milik berdua, apalagi yang lainnya juga ikutan ngontrak, wkwkwk.
Menikah itu tidak selalu tentang aku dan kamu, tidak melulu tentang hubungan antara kita. Itu terlalu sederhana untuk mendeskripsikan tentang agungnya pernikahan.
Banyak pasangan yang mengira bahwa pernikahan akan berhasil dengan cinta mereka berdua saja. Benar sekali memang, hubungan suami istri harus diperkuat dengan cinta yang dalam.
Tapi, dilema kehidupan rumah tangga tak melulu tentang cinta-cintaan seperti pada pasangan yang dimabuk asmara saat pacaran.
Menikah itu menyatukan dua kepribadian yang berbeda, menyatukan dua adat istiadat yang berbeda, dan juga menyatukan dua keluarga yang berbeda.
Banyak kasus perceraian diawali karena kurang harmonisnya pasangan dengan keluarganya. Baik itu pada mertua, saudara ipar maupun tetangga sekitar.
Jadi akan lebih baik sebelum menikah, ajaklah pasangan untuk lebih mengenal sosok keluarga. Mulai dari orang tua, saudara, hingga tetangga.
Intinya, menjadikan pasangan lebih akrab dengan keluarga, memungkinkan disaat sesudah menikah lebih mudah untuk beradaptasi. Masalah awal dalam pernikahan adalah perihal adaptasi dengan lingkungan sekitar.
Banyak loh pasangan yang gagal adaptasi diawal seperti itu, menjadikan hubungan pernikahan menjadi lebih berat. Akan banyak terjadi kesalah pahaman antara pihak keluarga dengan pasangan. Ya kasus seperti itu harus dihadapi dengan tenang. Serta harus ada komunikasi yang baik untuk meluruskan itu semua.
Jadi, ketika semasa ta'aruf atau pacaran yang serius. Dari pada hangout tidak jelas, mending coba lebih diajak main di rumah sendiri dengan memperkenalkan pasangan ke keluarga masing-masing. Juga memberitahu kebiasaan dan adat kedua keluarga yang ada.
InsyaAllah, cara tersebut bisa lebih berguna untuk mendamaikan hati dan pikiran pasangan tentang kagalauan saat beradaptasi dengan kedua pihak keluarga.
#3. Menceritakan Masa Lalu
![]() |
Source : unsplash.com |
Menceritakan mantan adalah hal paling menyebalkan yang pernah aku dengar dari istriku. Ya rasa cemburu dan merasa dibandingkan itu yang aku rasakan.
Tapi bayangkan jika kita tidak tau apa-apa tentang masa lalunya. Kemudian masa lalunya datang tepat di depan mata. Kita gelap mata dan menyalahkan apa yang ada, tanpa harus tau alasannya mengapa.
Seperti halnya perihal keperawanan. Jika pasangan tidak jujur dengan masa lalu yang pernah terjadi kepadanya. Dan pasangannya baru tahu saat malam pertama setelah pernikahannya. Apakah hal tersebut tidak jadi masalah?
Pasti akan jadi masalah besar. Rasa kecewa pasti akan ada dibenak pasangan. Berbeda kalau pasangannya sabar dan ikhlas seperti aku sih ngak masalah, wkwkwkw.
Berarti istrinya bang irawan seperti itu ya, perihal keperawanan?
Hust, ngawur aja. Memang istriku sudah tidak perawan lagi, kan sudah melahirkan dua anak. Bagaimana bisa perawan lagi, hahahaha.
Maksudku dengan sabar dan ikhlas itu gini. aku dulu tidak mempermasalahkan dia janda kek, gadis kek, atau gadis yang tidak perawan.
Asalkan dia baik menurutku dan mempunyai alasan yang jujur tentang kejandaan atau ketidak perawanannya itu.
Dulu pernah aku dekat dengan janda, sayang aku tidak berminat dengan sikap keras kepalanya itu.
Intinya, kejujuran tentang kepahitan masa lalu, itu perlu diketahui oleh pasangan. Sebab akan jadi masalah ketika pasangan baru mengetahui ketika sudah menikah.
Jujur itu pahit, tapi lebih melegakan dari pada harus menutupi dengan kebohongan-kebohongan yang lain terus-menerus.
#4. Melihat Masa Depan Yang Sama
![]() |
Source : unsplash.com |
Yaelah, itu sama. Hanya kebalik katanya doang. Lagian dua kata itu dipisahkan dengan kata “dan”, walau dibalik-balik artinya tetap sama.
Oke, Visi dan misi yang sama. Kenapa demikian?
Bayangkan kalau suami istri tidak mempunyai visi dan misi yang sama. Si suami pengen punya anak, sedangkan si istri masih berat ninggalin karirnya. Pasti akan susah hubungan mereka.
Seharusnya semasa ta’aruf atau semasa pacaran, kedua pasangan harusnya sudah merajut mimpi masing-masing. Membicarakan tentang masa depan, membicarakan tentang anak, dan membicarakan tentang membeli rumah atau mobil.
Jadi, pas setelah nikah, tak perlu banyak mikir dan adu pendapat untuk mewujudkan mimpi mana yang harus didahulukan.
#5. Berbahagia Bersama

Ini ending dari ceritanya. Dari semua aspek, tentang memperbaiki niat dari alasan dan tujuan pernikahan, pengenalan kepada kedua belah pihak keluarga, Jujur dengan menceritakan masa lalu serta mencoba merajut masa depan yang sama. Semua itu menumpuk menjadi satu dalam sebuah tujuan akhir.
Diawali dengan niat yang baik untuk mendapat ridho dan keberkahan bersama. Memperkenalkan kedua keluarga, agar setelah pernikahan kedua pasangan sudah tidak merasa kaku saat berkomunikasi dengan kedua keluarga besar mereka serta menciptakan rasa nyaman untuk membangun keluarga baru yang bahagia.
Menceritakan masa lalu kepada pasangannya, menjadikan pasangannya lebih bangga atas kejujuran pasangan yang dicintainya. Kemudian, memaklumi semuanya agar kehidupan yang kelam di masa lalu, menjadi awal yang baru dengan masa depan yang lebih indah dan bahagia.
So...
Menikah itu Untuk Berbahagia Bersama
Ketika pernikahan tidak berujung bahagia, mungkin salah satu di antaranya tak mengerti arti dan tujuan pernikahan yang sebenarnya.
Pernikahan itu tidak untuk bahagia sepihak, tapi harus kedua pihak saling membahagiakan.
Menikah itu tidak untuk menyakiti. Karena ketika satu hati tersakiti, harusnya satu hati yang terikat lainnya juga akan merasakan rasa sakit yang sama.
Menikah itu tak bisa berjalan saling berlawanan, harus ada saling mengalah untuk kebaikan dan berujung dengan kemenangan yang sejalan.
#Menuju Bahagia dan Melampauinya