![]() |
Source : unsplash.com |
Ini judul sok tau banget yak. Dimana-mana yang namanya mencintai itu bukan saling menyakiti, tapi saling mengasihi dan menyanyangi satu sama lain.
Terus mengapa judulnya kayak gitu? Ah, entahlah.
Kemarin otakku sudah aku peras dan hasilnya nihil. Pun hari ini juga tidak ada ide sama sekali di otakku ini. Walaupun di draf cukup banyak catatan kosong dan judul tak berisi yang sebetulnya cukup menarik untuk dibahas.
Tapi otak kiriku enggan memikirkan hal berat seperti itu. Sebagian otakku hanya ingin memikirkanmu, Sebagaian lagi aku pakai untuk mengerjakan tugas perusahaan malam ini.
Kemudian aku kepikiran bahwa “mencintai itu harus rela tersakiti agar bisa memahami”.
Yah seperti yang aku katakan di atas, bahwa mencintai itu bukan soal menyakiti, tapi lebih saling menyanyangi dan mengasihi satu sama lain. Tapi sejujurnya, mencintai itu juga ada sangkut pautnya dengan tersakiti dan menyakiti.
Bukannya kenyataan seperti ini. Terkadang ada orang yang tersakiti karena cinta, ada juga orang yang rela menyakiti orang lain demi cinta. Orang yang patah hati contohnya.
Pada mulanya dia mencintai untuk bisa membahagiakan diri. Seketika cinta yang tumbuh di hatinya itu tidak terbalaskan dan telah dihianati, rasa cintanya itu berubah menjadi jarum yang menusuk hatinya sendiri.
Coba tanya orang yang sedang patah hati, Salah siapa dia sakit hati? Paling jawabannya “ya salah sendiri main hati, coba mainin kaki, pasti patah kaki bukan patah hati” wkwkwkwk
Orang yang patah hati, bisa melukai orang lain. Seperti di sinetron-sinetron, kebanyakan peran yang antagonis bermula dari rasa patah hati, karena pasangan incarannya pindah ke lain hati.
Akhirnya, dia mencoba mengungkapkan rasa cintanya menjadi sebuah kegelapan dan kebencian, dengan melukai orang yang telah merenggut kebahagiaan darinya.
Oke lah, sinetron itu settingan pak sutradara. Tapi kenyataannya cinta itu memang identik dengan saling menyakiti.
Coba bayangkan, ketika ada sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, mereka bergandeng tangan mesra di sepanjang jalan dan melontarkan kalimat sayang yang indah bak pasangan yang baru saja menikah padahal masih berseragam sekolah.
Dari situ, kamu tau tidak yang tersakiti itu siapa? Yang ngelihat lah yang pasti tersakiti. Semacam tukang ojek, tukang becak, tukang siomay dan tukang-tukang yang lainnya. Apalagi jika yang ngelihat masih jomblo yang terlalu lama dalam kesendiriannya.
“Anak bau kencur aja sudah bisa bermesraan seperti itu, GILIRANKU KAPAN?”.
Sepasang anak muda yang baru saja jadian, juga akan menyakiti orang lain.
Okelah, mereka jadian dan pasti mereka bahagia. Tapi mereka tak pernah tau, ada orang yang terluka karena mereka jadian.
Seperti orang lain yang sama-sama menyukai kedua orang tersebut. Baik si wanita ataupun si pria, mereka sama-sama mempunyai orang lain yang juga menyukai diri mereka dan terpaksa terluka karena cinta mereka bersatu.
Begitupun dengan teman akrab yang jomblonya tidak ketulungan. Jomblo ini juga akan merasa tersakiti ketika melihat temannya jadian. Karena dia tidak menemukan teman jomblo lagi yang mau diajak malam mingguan bareng, nongkrong di cafe bareng dan ngopi di jalanan bareng.
Rasa kesepiannya bertambah karena sahabatnya sudah mempunyai teman/pasangan yang bisa diajak mengisi weekend bersama. “Terus aku kudu gimana? Tuhan, giliranku punya pacar kapan?”.
Nah dari beberapa contoh di atas, walau memang contohnya sedikit lebih ngawur dari biasanya, tapi itu sudah cukup membuktikan bahwa:
Cinta itu tidak melulu tentang bahagia, sebab ada rasa sakit yang terselubung dalam sebuah ikatan bernama cinta
Cinta Itu Indah, Tapi Kadang Penuh Luka
![]() |
Source : unsplash.com |
Pernah tidak merasakan jatuh hati kepada seseorang yang kita suka?
Memikirkan bisa berbicara dengannya saja, itu sudah membuat kita bahagia. Melihat senyumnya dari kejauhan, itu sudah cukup untuk menenangkan jiwa. Apalagi bisa berkencan dan jadian dengannya.
Tapi tak semua cinta yang tulus dari hati, berujung indah di pelabuhan hati sang pujaan hati. Terkadang cinta sekedar bertepuk sebelah tangan.
Pun terkadang indahnya cinta di awal jadian, tak seindah di muaranya. Seperti kata raditya dika, bahwa indahnya cinta itu seperti bajaj. Hanya Tuhan dan supirnya yang tau kapan bajaj akan belok.
Begitu juga dengan pacaran, Hanya Tuhan dan pacar yang tau, kapan hubungan ini bisa berubah arah.
Dari hubungan yang tenang, menjadi banyak goncangan. Dari hubungan yang bahagia berubah menjadi saling menyakiti dengan ego masing-masing. Cinta itu tak selalu indah, ketika Tuhan tak menghendaki cinta yang diridhoi-Nya, Ketika hubungan cinta itu sudah di endingnya, disitulah luka pasti ada.
Tapi, disetiap ada luka, di situlah ada penawarnya. Jangan khawatir tentang luka karena cinta. Berpikirlah positif, agar luka itu bisa mendewasakan kita.
Cinta Itu Indah, Tapi Terkadang Terhalang Oleh Perubahan
![]() |
Source : unsplash.com |
Setiap manusia pasti berubah. Mulai dari bentuk tubuh, bentuk wajah, suara, sifat bahkan karakter manusia.
Banyak pasangan yang mengakhiri hubungannya karena sesuatu dalam hubungan tersebut ada perubahan. Perubahan dalam segala hal, baik yang masuk akal maupun yang tabu banget. Seperti perubahan pada wajah pacar sudah tak cantik kayak dulu lagi.
Hello, menurut loe, manusia harus selalu tampil cantik dan unyu kayak saat umur 17-an terus gitu ta?
Yah nggak mungkin banget lah. Walau pakai make-up anti aging yang sedikit lebih mahal dari pada bedak viva no.15. Tetap saja ada perubahan dikit pada bentuk wajah seiring bertambahnya umur dan banyaknya lemak yang dimakan.
Atau perubahan sifat, seperti sifat pemalu dan lugu menjadi dewasa dan berani. Yah pastilah berubah, bukannya akan lebih enak kalau pasangan kita lebih dewasa!.
Tapi kan, lebih unyu saat masih lugu gitu. Masih bisa di bodohi dan disuruh-suruh gitu? Itu mah, keinginanmu yang suka memperlakukan seenaknya.
Atau perubahan sikap, di awal pacaran, perhatiannya lebih maksimal, tapi sekarang sudah berbulan-bulan pacaran, kini mulai bosan dan jarang memperhatikan.
Perubahan seperti ini yang sering terjadi, dan kebanyakan berujung dengan berakhirnya cinta. Kenapa harus berakhir?
Karena hubungan seperti ini sudah tidak bisa dilanjutkan lagi, disamping ada kebosanan, juga tidak ada hasrat untuk bisa membangun cinta bersama.
Cinta Itu Indah, Tapi Terselubung Oleh Kepalsuan
![]() |
Source : unsplash.com |
Cinta itu suci, cinta juga merupakan sifat Tuhan yang telah diturunkan dan diwariskan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna.
Tapi dizaman sekarang, cinta tak lebih sebuah kata indah yang penuh kepalsuan. Banyak ungkapan perasaan cinta hanya sekedar hasrat memiliki. Banyak orang mengaku cinta hanya untuk sebuah status palsu atau status kekinian.
Katanya, jomblo itu tidak keren, mending pacaran walau dipaksakan, yang penting terlihat kekinian dan tidak sendirian. Padahal jomblo juga tidak selalu kesepian.
Harusnya cinta itu murni. Perasaan ingin menjaga, perasaan ingin menyanyangi, dan perasaan ingin mengerti pasangannya. Tapi karena perasaan ingin menjaga itulah, kita harus rela membuat kepalsuan agar dia bahagia, tanpa harus mengerti apa yang membuat pasangan kita bahagia yang sebenarnya.
Seperti saat ditanya tentang penampilan (kegemukan). Untuk menjaga agar dia tetap bahagia, kita rela berbohong dengan mengatakan hal baik tentang dia. Itu palsu banget.
Lebih baik mengatakan dengan sejujurnya namun dengan cara paling elegan. Contohnya :
👩: Aku gemukan tidak, sayang?
👨: Hmmm, gemukan dikit sih. Tapi tak apa, justru aku makin suka. Kamu lebih terlihat seksi kok, pertahanin seperti itu yah, biar aku makin sayang
Hasilnya, mungkin 20% pasangan kita akan meluk karena terharu, 60% kecewa karena dibilang gemukan tapi tetep masih sayang, dan 20% marah dan cemberut kepada kita.
Pernikahan adalah sebaik-baiknya cinta yang suci. Setidaknya dengan menikah, kalian akan memahami arti cinta ketika tabir kepalsuan masing-masing mulai terbuka satu per satu. Cinta bukan lagi tentang perasaan yang mengebu-gebu, melainkan pearsaan untuk saling mengerti dan memahami kekurangan amsing-masing.
Cinta Itu Indah, Tapi Kadang Membutakan
![]() |
Source : unsplash.com |
Hal yang berlebihan itu pasti berdampak negatif. Bahkan memakai suplemen yang seharusnya baik untuk kesehatan, namun jika dikomsumsi secara berlebihan juga tidak akan berefek baik pada kesehatan.
Begitupun dengan cinta yang berlebihan itu membutakan. Cinta itu semacam narkoba yang susah untuk ngilanginnya.
Sudah tau cinta itu buta, udah tau tangan dan paha, masih diraba juga. Sudah tau belum nikah, tapi berduaan tiap harinya. Kalau sudah gelap mata dan kejadian yang tidak diinginkan, barulah merasa menyesal.
Cinta Itu Indah, Ketika Kita Memahami Rasa Sakit Yang Sama
![]() |
Source : islampos.com |
Perlu waktu seumur hidup bersama dalam sebuah wadah untuk bisa memahami seseorang.
Selayaknya rasa sakit, kita tidak bisa mengatakan “memahami” jika kita tidak pernah merasakan rasa sakit yang sama.
Kita tak akan bisa memahami rasa sakit yang di alami teman ketika ayahnya telah meninggal dunia, karena kita tak pernah mengalami hal yang sama. Kita tak pernah tau betapa kesepiannya dia tumbuh dewasa tampa ada sosok ayah di sampingnya. Kita tidak akan pernah mengerti selama masih bisa menikmati hangatnya dekapan ayah.
Begitu juga dengan cinta tak melulu hanya perihal bahagia. Tentang rasa ingin menjaga yang akhirnya lebih menjurus ke mengekang, rasa begitu menyanyangi hingga terlanjur mencemburui, rasa yang ingin mengerti dan memahami, tapi berujung kepo.
Bahagia itu sederhana, ketika kita bisa mengelak dari rasa tidak bahagia, disitulah kita bahagia.
Bahagia itu ketika kita bisa mengerti arti rasa sakit yang sebenarnya, disitulah kita bisa mengexpresikan kebahagiaan.
Dan kebahagiaan cinta itu ketika keduanya mengerti dan memahami arti rasa sakit. Tanpa kepalsuan dan cinta yang membutakan, juga berani tumbuh bersama dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi di masa mendatang.
Karena cinta yang sebenarnya adalah tentang ketulusan dan keihlasan, di sanalah ada rasa kasih dan sayang yang mendamaikan.
#Menuju Bahagia dan Melampauinya