![]() |
Source : unsplash.com |
Cintailah karena Allah, karena sebaik-baiknya cinta terhadap sesuatu adalah berharap kebaikan atas ridho-Nya.
Mencintai dan dicintai adalah fitrah dan anugerah terindah yang diberikan Allah Subhanahu wata’ala kepada setiap manusia. Namun cinta juga bisa menyebabkan manusia terjerumus pada kedzaliman dan kesesatan yang lebih dalam.
Kita terlahir di dunia ini berawal dari kisah cinta kedua orang tua kita. Kita juga dibesarkan oleh kasih sayang dan rasa cinta mereka terhadap kita. Kita pun juga sama, suatu saat nanti akan mencintai seorang dari jenis yang berbeda, kemudian kita juga akan mencintai anak keturunan kita.
Namun, terkadang kita sendiri membuat cinta yang murni dalam hati kita ternodai tanpa sadar. Mungkin memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Cinta yang tadinya murni, justru membuat kita lupa diri. Lupa bahwa Allah lah sang pemilik cinta itu sendiri.
Bahkan sejak awal manusia diciptakan, cinta membuat manusia akhirnya terlempar dari surga dan dibuang ke dunia yang kita tempati sekarang. Segala rayuan dan bujukan iblis tak membuat nabi Adam terbujuk godaannya. Namun ketika Hawa yang meminta, karena rasa cinta yang dimiliki nabi Adam, akhirnya nabi Adam mau memakan buah khuldi yang jelas-jelas sudah dilarang oleh Allah.
Terus bagaimana dengan kita?
Bagaimana agar rasa “Cinta” yang kita miliki, tidak menjadikan kita terlempar dari hidayah-Nya?
Cintai Aku Karena Allah. Kata tersebut menjadi populer sejak adanya lagu religi ciptaan Adibal Sahrul yang sempat booming di tanah air kita ini.
Lagu yang menceritakan bahwa bukanlah kecakapan fisik, banyaknya harta maupun tingginya jabatan yang mampu menjadikan cinta itu diridhoi oleh Allah. Namun ketika bisa saling membimbing dalam kebenaran disitulah ridho Allah akan menaungi sebuah ikatan cinta menuju ke surga.
Jika Cinta Bawalah Aku ke Surga!
![]() |
Source : islampos.com |
Sesungguhnya cinta yang bernilai ibadah adalah sesungguhnya cinta yang mengantarkan kita ke surga.
Ketahuilah cinta dan nafsu itu sangatlah tipis bedanya, bahkan terlihat sama. Yang membedakannya adalah hati pemiliknya dan bagaimana tindakan setelahnya.
Misalnya saja seperti sedekah. Jika hatinya tulus bersedekah, maka perbuatannya tidak akan mengingat-ingat sedekah tersebut. Berbeda jika sedekahnya tidak tulus, maka biasanya setelahnya dia sering membicarakan tentang kebaikannya tersebut agar terdengar orang lain.
Jika itu cinta, maka cinta itu akan berusaha untuk menjaga kesucian hati pemiliknya. Sedangkan jika cinta itu berdasarkan atas nafsu belaka, maka bisa terlihat bagaimana sikapnya setelah apa yang di inginkannya telah tercapai.
Cinta itu bukan tentang bahagia nya kebersamaan, bukan juga tentang indahnya bersentuhan, bukan tentang hangatnya pelukan rindu maupun gemetarannya sebuah ciuman, jikalau status belum “Halal”.
Cinta yang belum waktunya tak bisa dikatakan sebuah ibadah. Cinta yang belum halal bukanlah sebuah cinta. Namun disaat sudah “sah”, disitulah kesucian cinta akan terjaga dan setiap tindakan baiknya akan bernilai ibadah.
Menikah bisa dikatakan sebagai surga dunia, karena di dalamnya terdapat banyak kedamaian dan ketentraman dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Menikah merupakan ladang ibadah bagi kedua insan yang saling mencintai, asalkan keduanya mampu menjalani kehidupan berkeluarga sesuai aturan-Nya.
Misalnya saja ketika suami dan istri saling mengingatkan dalam hal ibadah sholat. Terlihat sepele, namun disitulah letak keindahannya.
Keduanya sama-sama menjaga rasa cinta masing-masing menuju ridho-Nya. Berharap cinta yang dirasakan di dunia ini, kelak akan dibawa sampai ke surga nantinya. Aamin...
Jadi kesimpulannya, yuk menikah, biar bisa saling menjaga keutuhan cinta dan berjalan beriringan ke surga yang di Ridhoi-Nya.
#Menuju Bahagia dan Melampauinya